Masing-masing samudra yang ada di bumi memiliki titik terdalam. Seperti Samudra Pasifik dengan titik terdalam Palung Mariana dengan kedalaman 10.973 meter di bawah permukaan air.
Samudera Atlantik dengan titik terdalam Milwaukee Deep, dengan kedalaman 8.408 meter dari Palung Puerto Rico. Sementara di Samudra Hindia, terdapat wilayah tanpa nama dengan kedalaman 7.290 meter.
Di Samudra Antartika, wilayah terdalam terletak di Palung Sandwich Selatan, dengan kedalaman 7.385 meter.
Sedangkan di Samudra Arktik memiliki wilayah dengan kedalaman 4.877 meter di Molloy Deep, Selat Fram.
Wilayah tersebut merupakan habitat bagi hewan-hewan yang cukup asing terdengar. Bukan tanpa alasan, mereka memang merupakan hewan yang hanya hidup di bagian laut terdalam.
“Tidak ada sinar matahari. Suhunya dingin, biasanya sekitar 1-2°C. Tekanannya juga tinggi, hingga 15.000 pon per inci persegi di kedalaman laut yang paling dalam itu,” ungkap Gerringer yang kini menjadi asisten profesor biologi di State University of New York (SUNY) College di Geneseo.
Meski begitu, Profesor Oseanografi Universitas Hawai, Jeff Drazen, mengatakan bahwa jenis makhluk yang berkembang di kedalaman ekstrim itu cenderung serupa meskipun spesies yang berbeda juga ada. Menurutnya, makhluk tertentu muncul pada kedalaman tertentu.
“Bagian bawah dikendalikan oleh hewan adaptasi terhadap tekanan, dan bagian atas jangkauannya dapat dikendalikan oleh predasi atau persaingan,” jelasnya.
Selama ekspedisi Gerringer, Jeff dan rekan-rekannya mengirim penyelidik ke dasar Sirena Deep dan menemukan spesies baru ikan siput Mariana.
Makhluk yang baru ditemukan adalah ikan siput hadal. Dinamakan untuk zona hadal, bagian laut yang kedalamannya antara sekitar 6.000 hingga 10.970 meter dan hanya terdapat di parit laut.
Makhluk seperti ini secara khusus diadaptasi untuk bertahan hidup di kedalaman. Menurut Gerringer, tekanan ekstrim mendorong tubuhnya dan merusak enzim serta protein.
Snailfish Mariana dan spesies hadal lainnya diperlengkapi untuk menangani hal ini dengan enzim yang bekerja lebih efektif di bawah tekanan yang sangat tinggi.
Mereka juga menghasilkan molekul yang dikenal sebagai TMAO (trimethylamine N-oxide) untuk menjaga tekanan agar tidak mengacaukan protein dalam tubuh mereka.
Apa yang diamati Gerringer dan Drazen di Palung Mariana mencerminkan apa yang umumnya terlihat di zona abyssal dan hadal di seluruh Bumi.
Di Palung Mariana, tepatnya di kedalaman 488 meter, belut cusk berenang di antara udang dekapoda.
Saat kamera pengintai menyelam lebih dalam, spesies ini memberi jalan kepada ikan siput dan amfipod raksasa, dan lebih dalam lagi, spesies yang berbeda dari sebagian besar amphipoda dan udang yang lebih kecil muncul.
Di Samudera Antartika, bagian terdalamnya merupakan Palung Jawa Samudera Hindia dan Palung Sandwich Selatan.
Palung Sandwich Selatan merupakan satu-satunya zona hadal di bumi yang mengalami suhu di bawah nol, dan belum dieksplorasi sama sekali.
Studi FDE lain menyoroti fauna di Palung Sandwich Selatan. Di perairan yang membeku ini, para peneliti menemukan amphipoda ikan siput, bintang rapuh, teripang, spons, dan crinoid.
Di Palung Jawa, kamera pendarat FDE mengamati ikan hadal siput, teripang, dan makhluk hidup yang tampak aneh, seperti semburan laut yang melayang di perairan gelap seperti balon hantu.
Di Selat Fram, fluktuasi tingkat air tawar dan air asin berdampak pada populasi fitoplankton dan mikroba lainnya. Perubahan iklim berdampak paling besar di Samudra Arktik, dan ketebalan es laut terus menurun sejak tahun 1990.
Molloy Deep pada dasarnya merupakan kawah yang sangat besar, bahan organik berkumpul dan jatuh ke bawah, tetapi tidak banyak makhluk yang menghuni wilayah tandus ini.