Keberadaan Wayang Klithik dan Keris Sungginan di Weltmuseum Wien (Museum Dunia Wina), ternyata bukan satu-satunya benda kebudayaan Indonesia yang tergolong langka. Pihak museum masih menyimpan satu peninggalan kebudayaan tanah air yang boleh dikatakan keramat.
Di antara belasan ribu benda kebudayaan Indonesia yang berada di museum yang dulunya bernama Museum fuer Voelkerkunde (Museum Etnologi) ini, satu yang keberadaannya menjadi buah bibir kalangan kurator.
Satu benda itu adalah keris. Ini bukan keris biasa. Si empunya keris diduga kuat adalah Pangeran Diponegoro. Sosok pahlawan nasional asal Yogyakarta yang konon memiliki kesaktian luar biasa.
Banyak kabar yang menyebutkan bahwa keris yang digunakan Pangeran Diponegoro berada di Belanda setelah sang pahlawan wafat. Namun cerita tersebut sepertinya bisa terkoreksi. Sebab, keberadaan keris keramat itu diduga kuat tersimpan di Weltmuseum kota Wina.
Hal ini sebagaimana diterangkan Dr. Jani Kuhnt-Saptodewo, Head of Insular Southeast Asian Collections, di Weltmuseum Wina. Dijelaskan Jani, pihaknya memiliki keris yang diduga kuat milik Pangeran Diponegoro.
Keberadaan keris yang katanya bernama Kyai Omyang ini sudah sejak lama berada di tangan Kerajaan Austria.
’’Kalau ada sebagian kalangan sejarah menyebutkan bahwa keris itu dibawa ke Belanda, belum bisa kami katakan benar seutuhnya. Kami memiliki data tentang keris ini,’’ terang Jani Kuhnt-Saptodewo sambil menunjukkan keris tersebut kepada yang diajak masuk ke dalam ruang penyimpanan benda-benda budaya di ruang bawah tanah museum.
Lebih dalam dikatakan Jani, mengenai keaslian keris yang panjangnya sekitar 48,7 sentimeter itu masih dalam proses penelitian. Kurator-kurator di Belanda tengah melakukan investigasi tentang asal usul keris yang sangkurnya berlapis emas tersebut.
’’Namun di kalangan kurator Eropa, mereka selalu bilang kalau di museum kami ada keris Diponegoro. Tapi itu baru sebatas antar sesama kurator,’’ ujar wanita yang sejak 2005 bekerja di Weltmuseum ini.
Dari data yang dimiliki pihak museum, disebutkan bahwa keris tersebut diperoleh kerajaan Austria dari G.L Weijnschenk pada 1883.
G.L Weijnschenk lahir di Yogyakarta pada 1847. Dia merupakan putra dari pasangan Georg Weijnschenk dan Ramag, wanita asal daerah istimewa itu.
Pada Agustus 1870, G.L. Weijnschenk menikah dengan Wilhelmina von Ranzow. Sang istri merupakan anak dari wakil Gubernur Yogyakarta era kolonial Belanda, Ferdinand Wilhelm von Ranzow.
Namun pernikahannya dengan putri salah satu sosok orang terkuat Belanda di Yogyakarta itu tidak bertahan lama.
Data menyebutkan bahwa G.L Weijnschenk menikah lagi dengan wanita asal Jawa, Janikem.G.L Weijnschenk merupakan sosok prominen dan juragan perkebunan di masa lalu. Dia tercatat sebagai anggota dari perkumpulan kesenian dan ilmu pengetahuan (drescher und weihrauch 1999:174).
https://lppm.uajy.ac.id/js/shitam/
https://inlislite.balikpapanislamicschool.sch.id/db/stoto/