Pendahuluan
Gunung Fuji (富士山, Fujisan) adalah salah satu ikon alam paling terkenal di dunia. Berdiri megah di Pulau Honshu, Jepang, gunung ini tidak hanya merupakan puncak tertinggi di Jepang dengan ketinggian 3.776 meter, tetapi juga simbol nasional yang menyatu dalam seni, agama, dan identitas budaya Jepang. Gunung Fuji lebih dari sekadar bentang alam — ia adalah sumber inspirasi spiritual, estetika, dan sejarah selama berabad-abad.
Keagungan Alam: Sebuah Gunung Berapi yang Masih Aktif
Gunung Fuji adalah gunung berapi stratovolcano yang masih aktif, terakhir meletus pada tahun 1707 dalam peristiwa yang dikenal sebagai Letusan Hoei. Meski terlihat tenang dan anggun, para ahli terus memantau aktivitas seismiknya. Letusan masa lalu membentuk kerucut simetris yang kini menjadi ciri khas Gunung Fuji — bentuknya yang sempurna menjadi simbol kesempurnaan alam.
Gunung ini dikelilingi oleh lima danau indah: Yamanaka, Kawaguchi, Sai, Shoji, dan Motosu. Lanskap sekitarnya menawarkan panorama menakjubkan yang berubah seiring musim, dari hamparan salju musim dingin hingga bunga sakura yang bermekaran di musim semi.
Gunung Fuji dalam Budaya dan Kepercayaan Jepang
Gunung Fuji memiliki makna spiritual yang mendalam dalam budaya Jepang. Sejak zaman kuno, gunung ini dianggap sebagai tempat suci. Dalam ajaran Shinto dan Buddhisme Jepang, mendaki Gunung Fuji merupakan tindakan ziarah spiritual, simbol pencarian pencerahan dan pemurnian diri.
Kelompok keagamaan bernama “Fujiko” muncul pada abad ke-17, yang anggotanya secara rutin melakukan pendakian ke puncak. Bahkan hingga hari ini, para peziarah masih mengenakan pakaian putih dan membawa tongkat kayu bertuliskan doa saat mendaki.
Dalam dunia seni, Gunung Fuji tak terhitung jumlahnya dilukis dan digambarkan, yang paling terkenal adalah seri lukisan “36 Pemandangan Gunung Fuji” karya Katsushika Hokusai. Salah satu lukisan dalam seri itu, “The Great Wave off Kanagawa,” menjadi karya seni Jepang yang paling dikenal di dunia.
Pendakian Gunung Fuji: Antara Tantangan dan Tradisi
Pendakian Gunung Fuji menjadi kegiatan populer, terutama pada musim pendakian resmi yang berlangsung dari awal Juli hingga awal September. Terdapat empat rute utama: Yoshida, Subashiri, Gotemba, dan Fujinomiya, masing-masing dengan keunikan tersendiri.
Meskipun dianggap sebagai pendakian “mudah” karena banyaknya fasilitas, mencapai puncak tetap membutuhkan stamina dan kehati-hatian. Ribuan pendaki dari seluruh dunia melakukan perjalanan malam hari agar dapat menyaksikan matahari terbit dari puncak — sebuah pengalaman yang disebut goraikō, yang berarti “kemunculan cahaya ilahi”.
Pemerintah Jepang dan otoritas lokal kini menerapkan pembatasan dan sistem biaya konservasi untuk melindungi Gunung Fuji dari dampak overtourism dan sampah.
Gunung Fuji sebagai Warisan Dunia
Pada tahun 2013, Gunung Fuji secara resmi diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, bukan karena keindahan geologisnya semata, tetapi karena dampak budaya dan spiritual yang mendalam. Ini adalah pengakuan internasional atas pentingnya Gunung Fuji sebagai simbol yang melampaui batas waktu dan tempat.
Selain itu, Gunung Fuji juga menjadi latar penting dalam banyak film, sastra, dan budaya pop Jepang hingga mancanegara — dari anime, novel, hingga video game.
Simbol Masa Lalu, Harapan Masa Depan
Di era modern, Gunung Fuji terus menjadi lambang harapan, ketekunan, dan keabadian. Dalam banyak aspek, ia adalah pengingat akan hubungan manusia dengan alam — bahwa di balik keindahan, terdapat kekuatan besar yang perlu dihormati dan dilestarikan.
Bagi rakyat Jepang, Gunung Fuji bukan hanya gunung tertinggi, tetapi juga gunung paling agung. Setiap tahun, jutaan orang memandangnya dari kejauhan, mengambil foto, menulis puisi, atau mendakinya, seolah ingin menyentuh bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
Kesimpulan
Gunung Fuji bukan sekadar geografi; ia adalah jiwa dari negeri matahari terbit. Bentuknya yang simetris dan kehadirannya yang agung menyatukan alam dan budaya dalam harmoni yang sempurna. Dari kisah spiritual kuno hingga kebanggaan nasional modern, Gunung Fuji terus menjadi cahaya penuntun bagi Jepang dan dunia.