Sebuah penemuan arkeologis baru di Gua Iroungou, Gabon, telah mengungkapkan misteri mengenai praktik modifikasi tubuh pada budaya kuno di Afrika. Para peneliti telah menemukan bukti bahwa anggota elit dari budaya yang tinggal di sekitar gua tersebut melakukan modifikasi wajah dengan cara yang cukup ekstrem: mereka mengeluarkan gigi tertentu. Namun, apa tujuan di balik praktik ini?
Gua Iroungou, yang terletak di wilayah Afrika Tengah bagian barat, terbukti menjadi situs yang luar biasa penting dalam penelitian arkeologi. Sebanyak 28 kerangka manusia dari abad ke-14 hingga ke-15 Masehi ditemukan di gua ini, sebuah penemuan yang diumumkan pertama kali pada 18 Desember 2018 oleh tim peneliti gabungan dari Prancis dan Gabon. Richard Oslisly, pemimpin ekspedisi yang didanai oleh Badan Nasional Taman Nasional, menyebut penemuan ini “unik” karena sisa-sisa manusia jarang ditemukan di tanah Afrika.
Salah satu alasan mengapa sisa-sisa manusia langka di Afrika adalah karena tanahnya yang sangat asam, menyebabkan segala sesuatu yang berasal dari manusia dan hewan cepat membusuk. Namun, keberadaan 28 kerangka di Gua Iroungou sangat penting bagi dunia arkeologi, karena menunjukkan bukti kegiatan manusia kuno di wilayah ini.
Dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Cambridge University Press atas nama Antiquity Publications, para peneliti menyimpulkan bahwa kerangka-kerangka tersebut menunjukkan bukti “pengikisan gigi budaya.” Ini berarti bahwa anggota budaya ini melakukan modifikasi tubuh dengan cara mengeluarkan gigi mereka secara sengaja.
Gua Iroungou terhubung dengan permukaan melalui dua bukaan di langit-langitnya dan hanya dapat diakses dengan merapeling ke dalam rongga setinggi 25 meter. Empat tingkat utama mencakup total area sekitar 2000 meter kubik, yang membuatnya sangat sulit untuk dieksplorasi. Hingga saat ini, hanya empat ekspedisi penelitian yang dilakukan di situs ini sejak penemuan pertamanya pada tahun 2018.
Penemuan tersebut juga menemukan bahwa mayat-mayat tersebut dimakamkan dengan “ratusan barang berharga dari logam.” Ini termasuk benda-benda seperti besi, tembaga, cangkang laut Atlantik, dan gigi hewan yang ditusuk.
Para peneliti berpendapat bahwa kekayaan dan ukuran kuburan ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah anggota acak dari komunitas, tetapi mungkin merupakan “individu penting dan pengikut mereka yang dikorbankan.”
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa beberapa kerangka menunjukkan “perubahan yang sangat terlihat dalam karakteristik wajah” karena gigi atas yang dihapus dengan sengaja. Hal ini mungkin bertindak sebagai “penanda etnis yang kuat” atau identitas kelompok, menandakan bahwa orang-orang tersebut berbagi keyakinan dan identitas budaya yang sama.
Namun, masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Salah satunya adalah bagaimana anggota elit ini dimakamkan di gua yang sangat sulit diakses bagi peneliti modern. Misteri di balik praktik modifikasi wajah ini menambah lapisan kompleksitas pada sejarah manusia purba di wilayah tersebut.
Temuan ini memperluas pemahaman kita tentang kehidupan dan budaya manusia purba di Afrika Tengah dan memberikan wawasan baru tentang praktik modifikasi tubuh pada masa itu. Seiring dengan terus berkembangnya penelitian arkeologi, mungkin kita akan semakin dekat dengan memahami motivasi di balik praktik unik ini dan bagaimana mereka berdampak pada masyarakat kuno di Afrika.***