Misteri Dunia Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia yang mencapai 29,5 GW atau sekitar 40% dari total potensi global. Salah satu sumber panas bumi di Indonesia yaitu Gunung Patuha yang berlokasi di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Gunung ini, meskipun termasuk dalam gunung api tipe B tetapi tidak menunjukkan letusan magmatik lebih dari 400 tahun terakhir, masih memiliki aktivitas vulkanik berupa manifestasi solfatara dan kawah. Potensi energi panas bumi yang dimiliki oleh Patuha, dioperasikan oleh PT Geo Dipa Energi (Persero), yang diperkirakan mencapai 400 MWe menjadikannya energi strategis untuk mendukung kebutuhan listrik nasional.
PT Geo Dipa Energi (Persero) telah memanfaatkan potensi Gunung Patuha dengan menginstalasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit-1 dengan kapasitas 60 MWe. Pada saat ini, pengembangan PLTP Unit-2 sedang dalam proses untuk menambah kapasitas produk listrik yang dihasilkan dari lapangan panas bumi ini. Akan tetapi, selama pengembangan yang dilakukan ditemukan adanya permasalahan berupa keruntuhan di area lubang bor akibat keluarnya material berwarna merah dari proses pengeboran. Fenomena serupa juga terjadi di PLTP Unit-1, tetapi lapisan merah yang dijumpai lebih tebal dan dalam jumlah yang lebih besar.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Teknik Geologi UGM, Pradana dan Nugroho Imam Setiawan, dilakukan untuk dapat memahami penyebab dari fenomena tersebut dengan karakterisasi petrologi dan mineralogi lapisan material merah dengan menggunakan sampel cutting batuan dari enam lubang bor di PLTP Unit-1. Analisis yang dilakukan yaitu pengamatan megaskopis, petrografi, dan analisis XRD.
Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa material merah yang didominasi oleh mineral hematit dengan beberapa sampel mengandung mineral magnetit. Lapisan merah tersebut dapat terbentuk akibat adanya proses oksidasi ketika oksigen masuk melalui kekar atau rongga. Oksidasi terjadi di sekitar urat dan mempengaruhi proses hidrotermal yang terjadi. Selain itu, dari analisis XRD ditemukan beberapa mineral lempung seperti klorit, smektit, kaolinit, illite-smectite mixed layers, dan chlorite-smectite mixed layers.
Mineral lempung yang dijumpai ini memiliki sifat yang sangat reaktif terhadap fluida, terutama cairan pemboran. Mineral tersebut dapat mengalami swelling (kemampuan mineral lempung untuk mengembang) dan sloughing (kemampuan mineral lempung untuk rapuh dan runtuh). Hal ini menunjukkan bahwa fenomena tersebut yang menyebabkan keruntuhan di area pengeboran pada pengembangan Unit-1 dan Unit-2.
Dari penelitian ini menunjukkan bahwa ilmu geologi, terutama pemahaman terkait karakteristik mineral, dalam memecahkan permasalahan di bidang industri seperti industri panas bumi.