Penemuan arkeologi langka di Semenanjung Samaná, sebuah wilayah yang terpencil di Republik Dominika, diyakini dapat mengungkap misteri di balik masa lalu pra-Arawak Karibia yang hingga kini masih sedikit diketahui.
Republik Dominika mungkin tidak secara umum terbayang sebagai tujuan wisata arkeologi populer.
Namun, tersembunyi di balik pantai-pantai indahnya merupakan petunjuk bagi misteri zaman pra-Columbus yang telah menjadi pertanyaan para antropolog selama berabad-abad: siapa sebenarnya yang menemukan Kepulauan Karibia?
Ketika Columbus tiba di Hispaniola pada abad ke-15, ia bertemu dengan kaum Taíno – suku berbahasa Arawakan yang berasal dari Delta Orinoco, wilayah yang sekarang merupakan Venezuela – yang beremigrasi sejak 400 SM.
Meskipun sering diasumsikan bahwa Taíno adalah penduduk “asli” Karibia, khususnya Antillen Besar, suku-suku lain telah tinggal di sana selama beribu-ribu tahun.
Penduduk pertama Hispaniola yang kurang dikenal ini diketahui sebagai orang-orang “Archaic”, yang dicirikan oleh penggunaan alat-alat batu mereka (dan “Zaman Keramik” Taíno dengan pembuatan keramik mereka).
Namun, istilah tersebut menggeneralisasikan beragam kelompok masyarakat prasejarah yang bahasa dan nama mereka sendiri tidak diketahui.
Sementara itu, sebuah penemuan baru-baru ini oleh tim arkeolog dari Italia dan Dominika di Semenanjung Samaná, wilayah yang terpencil di Republik Dominika, dapat mengubah pemahaman tentang siapa mereka dan dari mana mereka berasal.