Sebuah pulau kecil di Venesia menyimpan banyak misteri dan sejarah kelam. Bernama Lazzaretto Vecchio, pulau itu dirancang untuk mengisolasi dan mengobati wabah yang diderita penduduk Venesia pada abad ke-16 dan ke-17.
Sejak tahun 2004 para arkeolog telah menemukan lebih dari 1500 kerangka korban wabah yang terkubur di sini sejak abad ke-15 hingga ke-17. Tulang belulang manusia ditemukan di kuburan massal dan perorangan.
Laporan IFL Science menyebut bahwa selama berabad-abad, ribuan orang meninggal di pulau ini, dan tulang belulang mereka tetap berada di situs pemakaman massal di lahan seluas 2,53 hektar.
Sebagai pusat perdagangan yang ramai, Venesia sangat rentan terhadap wabah menular. Salah satu wabah terburuk muncul pada tahun 1630 dan memusnahkan sepertiga populasi Venesia dan Bologna. Konon, wabah ini menewaskan ratusan orang setiap hari.
Sejumlah sejarawan percaya bahwa wabah itu menjadi penyebab kejatuhan Venesia dari kejayaan sebagai negara adidaya Renaisans.
Dalam studi yang baru-baru ini diluncurkan, sekelompok peneliti interdisipliner dari University of South Florida telah mempelajari dengan cermat sekitar 900 orang yang terkena wabah yang dimakamkan di pulau itu selama tiga abad.
Pulau itu juga disebut kuburan massal. Tidak heran, sisa-sisa ribuan tengkorak korban wabah masih banyak ditemukan.
Hal ini sekaligus memberi temuan unik bagi peneliti terkait bagaimana patogen berevolusi dan tetap menjadi ancaman berulang bagi Republik Venesia pada masa itu.
“Ini adalah pertama kalinya kami dapat memiliki satu set sekuens DNA patogen yang ada di satu lokasi, dan secara paralel, DNA berubah pada populasi lokal. Dengan demikian, kami dapat mempelajari untuk pertama kalinya, evolusi bersama patogen dan manusia, tanpa terhalang oleh mutasi cepat virus modern atau keberadaan orang yang divaksinasi,” kata Robert Tykot, profesor antropologi di University of South Florida, dalam sebuah pernyataan.
“Pulau karantina yang unik ini dapat berisi patogen wabah yang menghancurkan, patogen sifilis yang baru diperkenalkan, dan patogen antraks yang melompat dari hewan. Untuk pertama kalinya, ia menangkap banyak patogen yang hidup berdampingan dalam populasi manusia selama tiga abad,” tambah ahli genetika utama Rays Jiang, profesor di College of Public Health.