Ahli geografi Inggris Thomas Griffith Taylor menemukan pemandangan yang menakutkan ketika melakukan perjalanan melalui Antartika Timur pada tahun 1911. Dalam ekspedisinya tersebut, ia menjumpai tepi gletser yang mengeluarakan warna merah seperti darah.
Misteri fenomena air terjun ini pun terus memberi tanda tanya besar. Setelah satu abad kemudian, misteri mengapa glestser yang dijuluki Blood Falls atau air terjun darah ini pun akhirnya terpecahkan.
Misteri air terjun darah
Akhirnya, sekelompok peneliti menemukan penjelasan dari misteri air terjun darah di Antartika tersebut dalam sebuah studi baru. Dikutip dari IFL Science, Senin (10/7/2023) para ilmuwan di Amerika Serikat menggunakan mikroskop elektron transmisi yang kuat untuk menganalisis sampel air terjun darah.
Saat menganalisis sampel air tersebut, mereka menemukan banyak nanosfer kaya zat besi yang berubah menjadi merah saat teroksidasi. Inilah yang kemudian mengungkapkan misteri asal-usus warna merah darah pada air terjun tersebut. “Setelah saya melihat gambar mikroskop, saya perhatikan bahwa ada nanosfer kecil dan kaya akan zat besi dan mereka memiliki banyak elemen berbeda di dalamnya dan semuanya bervariasi,” kata Ken Livi, seorang ilmuwan peneliti di Departemen Sains dan Teknik Material Sekolah Whiting di Universitas Johns Hopkins.
Sebelumnya warna merah yang mengalir dari gletser diperkirakan karena oksidasi besi. Namun teknik pencitraan yang terbaru ini telah membantu para peneliti mendapatkan gambar yang lebih jelas tentang mengapa air yang keluar berwarna merah cerah dan mengapa penelitian sebelumnya gagal mengungkapnya. “Agar menjadi mineral, atom harus tersusun dalam struktur kristal yang sangat spesifik. Nanosfer ini tidak berbentuk kristal sehingga metode yang sebelumnya digunakan untuk memeriksa padatan tidak mendeteksinya,” jelas Livi.